Khutbah jumat Siang ITU



Khatbah jum’at kini telah menjadi ajang penghakiman yang luar biasa biadabnya yang seharusnya itu tidak terjadi pada masyarakat yang mengklaim diri sebagai masyarakat yang beradab. Kebiadaban itu dialamatkan kepada makhluk Tuhan yang bernama wanita. Setidaknya hal itu terdengar dengan kencangnya ditelingaku. Siang itu Sang Khatib dengan sangat percaya dirinya menyuruh untuk selalu berhati-hati terhadap 3 TA, yakni harta, tahta, dan wanita.
Kalau tentang harta dan tahta yang dituduh sebagai penyebab dari terglincirnya manusia kedalam lubang kehinaan, menurutku itu tidak jadi soal, karena memang itulah adanya, namun kalau wanita juga dituduh sebagi penyebab terglincirnya manusia ke lembah nestapa, menurutku itu berlebihan dan itu justru menunjukkan kepada kita semua satu bukti bahwa sang kahatib itu memang dangkal sekali ilmu agamanya. Betapa tidak, dia secara tidak langsung menganggap bahwa manusia hanya berjenis kelamin satu saja, dan jenis kelamin yang satu itu ialah laki-laki. Sementara wanita bukanlah termasuk manusia. Hal itu terbukti dari disamakannya wanita dengan harta dan tahta yang ketiganya itu sama-sama berpotensi mengglincirkan manusia (laki-laki) kedalam rimba raya dosa.
Kalau kita pikirkan dengan akal sehat kita, mengapa hanya wanita yang dapat menggelincirkan laki-laki sementara laki-laki tidak dapat menggelincirkan wanita? atau paling tidak apakah laki-laki tidak memiliki potensi untuk mengelincirkan wanita? Menurutku laki-laki juga bisa menggelincirkan wanita kedalam jurang ketercelaan, dan itu banyak sekali buktinya. Nah menurutku alangkah bijaknya kalau yang menggelincirkan manusia itu tetap ada tiga, tetapi ada sedikit tambahan didalamnya, yakni yang pertama tetap harta, kemudian yang kedua adalah tahta, dan  yang ketiga adalah wanita bagi laki-laki dan laki-laki bagi wanita. Menurutku ini lebih adil dan itu lebih bisa diterima oleh Tuhan.
Aku khawatir sekali kalau isi khatbah itu terus dikumandangkan tanpa ada perubahan sebagimana perubahan yang aku usulkan tadi, maka citra Islam sebagai agama yang pro terhadap kesetaraan gender akan pudar. Bukan karena Islamnya yang tidak mendukung keseteraan gender, melainkan karena “elite Islamnya” lah yang terlalu gegabah didalam memahami dan mendakwakannya. Mudah - mudahan kekhawatiranku tersebut tidak terjadi. Semoga Tuhanku mengabulkannya.
25 September 2009

Posting Komentar